Thursday, December 15, 2011

contoh surat kuasa.



SURAT KUASA
Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini :
1.             Nama                     :
Umur                       :
KTP. Nomor            :
Pekerjaan               :
Alamat                    :

Disebut Pihat Pertama
( Yang Memberi Kuasa )

       2.         Nama                     :
Umur                       :
KTP. Nomor            :
Pekerjaan               :
Alamat                    :
Disebut Pihak Kedua
( Yang Menerima Kuasa )

Pihak pertama secara Resmi/Sah memberikan Kuasa penuh kepada pihak kedua yaitu:

1                    Pihak kedua berhak untuk mengurus permohonan Sertifikat Sebidang Tanah atas nama pihak pertama. Tanah tersebut terletak di Desa Kota Bangun.
2                    Segala beban biaya Sertifikat dimaksud tetap di bayar/ diselesaikan melalui pihak kedua.
3                    Segala kepentingan ats proses permohonan Sertifikat dan informasi lain dan penerimaan sertifikat, tersebut tetapmelalui pihak kedua.
Demikian Surat Kuasa ini di buat dengan benar atas pertimbangan sehat, untuk digunakan sebagai man mestinya.

                                                                               Kota Bangun Tanggal :    /   /2011

      Pihak Kedua                                                                Pihak Pertama
Yang Menerima Kuasa                                                Yang Memberi  Kuasa 
Matrei
6000

LDK STAIN Kendari. Lembaga Dakwah Kampus.


materi Dakwah. debat of english



Name              : Muhammad Alhallaj Saleh
major              : Dakwah / KPI
NIM                 : 10030101005
THE DIFFERENCE IS GRACE

Esteemed judges debates Arabic and English. Respected executive committee. distinguished lecturer who was present on this day. and friends and the audience that I'm proud. first of all I say assalamualaikum wr.wb. first of all let us pray our gratitude for Allah SWT, for grace so we still had time to indulge in this morning. and we send greetings and blessings on the family of the Prophet Muhammad and his companions. God willing, on this occasion I will submit my writing to the theme of preaching and more especially those on the title of "the difference is a grace".
Do not you ever think why we created filled with a difference? As there are fat, some skinny, some tall, some short, some rich, some poor, some are disabled, and many more differences that are created by Allah SWT. Why is it happening?
Not believe that God created all those differences to serve as a very great grace upon this world. How not? Just imagine if the form, manner, and everything in this world created by God at all are! Of course it is not very attractive and very uncomfortable. because  differences that make us more united. Like the slogan at the Pancasila eagle Unity in Diversity, which means although different but still one.
In this life we are always told by God to think as the following hadith:
Meaning: Think My creation, and do not think my agent God told us so because everything created by God was not in vain. As word of God in verse 27 Sad Letter:
Meaning: And did not I created heaven, earth, and that was in between them in vain ... ...But of all the graces given by God should be thankful and grateful when we do not we will be called Kufr delicious.
We asked God to study until the end of our life. Because science will never-ending. So from now before it's too late because of studying, including studying for jihad in Allah's way. It also includes worship when running it with sincerity, and the rewards will be many more if we teach science again. Because it would be useful knowledge that will be a reward jariyah charity will never be broken.
Science is very good, especially in achieving goals. In reaching this ideal of course we should try as much as possible or sought, only then we put their trust in God. If we fail we will not despair. Because it was a sign of our efforts have not been up or simply not our sustenance. Therefore we must try harder and always pray and worship God.
Lots of science to others. One was like at this point a lot of new discoveries, especially in the health field. For example a wide range of newly discovered drugs. As the times, the development of human thinking about God's creations that can be used as medicine. Try to compare between drugs derived from natural substances that contain lots of chemicals! Drugs of the natural course has existed since the earth was created, while the chemical drugs had been found in recent years through a highly sophisticated technology. In fact today many people in the world already are aware of the dangers of drugs containing these chemicals. BACK TO NATURE so doing recognized usefulness better than chemical drugs. For instance Chinese medicine, Chinese medicine has been discovered about 5000 years ago-an experimental drug efficacy and tested directly on the emperor. While drugs containing new chemical substances found and experiment is only performed on experimental animals.
Like finding the drugs were certainly needed efforts. In trying too we also have to believe in a destiny that will determine how the results of our efforts. Fate was divided into 2:
1.      Fate mu'alaq à destiny are closely related to human endeavor
2.      Fate mubram à fate that happened to humans and can not be cultivated or negotiable by humans
Mu'alaq destiny can only be changed by humans. And that change will only happen if derived from one's own self. because:
Meaning: Verily Allah will not change the fate of a people until they change their own destiny.
And we also must not infringe destiny, because all it has entered into a scenario of God. And do not forget to always try and give thanks in this life.
At the end of my writing, I want to say life is art, Because art is abstract like this life. In life if you want to be success, just be your self and keep honesty. And the courage to dream big, because dreams that will be the traces of your life.

makalah Perintah dan Larangan penulian Hadits



BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Hadits adalah pedoman umat islam setelah Al-quran yang wajib di imani oleh setiap orang yang mengaku diri mereka muslim.  Kaum muslimin meyakini bahwa Al-Hadits merupakan sumber hukum utama sesudah al-Qur’an. Keberadaannya merupakan realitas nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an. Hal ini karena tugas Rasul adalah sebagai pembawa ajaran dan sekaligus menjelaskan apa yang terkandung dalam ajaran itu yakni al-Qur’an. Sedangkan hadits itu sendiri hakikatnya tak lain adalah penjelasan dan praktek dari ajaran al-Qur’an itu sendiri.[1]
Berbicara tentang hadits pada masa rasulullah berarti membicarakan awal mula hadits tersebut. Rasulullah SAW  membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus diwurudkannya hadits. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam [2].  Segala ucapan dan prilaku nabi merupakan patokan dan pedoman para sahabat dalam beraktifitas dan menjalani kehidupan mereka.
Namun dalam pengaplikasiannya, Rasulullah SAW melarang penulisan hadits tersebut dan sewaktu-waktu memperbolehkan untuk menulisnya.
B.      MASALAH
Dari penjelasan di atas, timbul beberapa permasalahan yaitu :
1)      Mengapa rasulullah melarang untuk menulis hadits tersebut ?
2)      Mengapa Rasulullah SAW juga memperbolehkan menulisnya ?.
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Larangan Menulis Hadits.
Segala perkataan, prilaku, dan gerak-gerik nabi Muhammad SAW dilakukan berdasarkan perintah Alloh SWT, dan merupakan patokan bagi sahabat dalam beraktifitas agar tidak melenceng dari ajaran islam. Segala perkataan nabi Muhammad itu diingat secara sungguh-sungguh dan hati-hati oleh para sahabat karena mereka takut terhadapat ancaman Rasulullah agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam menghafal hadits yang didapatkannya.
Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada para sahabat dalam kegiatan menghafal hadits ini. Pertama, karena kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa arab yang telah diwarisinya sejak praIslam dan mereka terkenal kuat hafalannya; kedua, Rasul SAW banyak memberikan spirit melalu doa-doanya; ketiga, seringkali ia menjanjikan kabaikan akhirat kepada orang yang menghafal hadits dan menyampaikannya kepada orang lain[3] .  
Untuk memelihara kemurnian dan pencapaian kemaslahatan Al-Quran dan hadits sebagai 2 sumber ajaran Islam, Rasul SAW mengambil kebijaksanaan yang agak berbeda. Terhadap Al-Quran beliau secara resmi memberi instruksi kepada sahabat tertentu supaya disamping menghafalkannya, sedang terhadap hadits perintah resmi itu hanya untuk menghafa dan menyampaikannya kepada orang lain. Penulisan resmi halnya Al-Quran tidak diperbolehkan Rasul SAW[4] .


Berkaitan dengan hal ini, maka Rasulullah SAW bersabda :




.[5]
“ Janganlah kalian tulis apa saja dariku selain al-Quran. Barang siapa telah menulis dariku selain Al-Quran, hendaklah dihapus. Ceritakan saja apa yang diterima dariku, ini tidak mengapa. Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka”. (HR Muslim)
            Rasulullah SAW melarang penulisan hadits pada masa itu karena dikhawatirkan  terjadi keslahan dalam penulisan Al-Quran itu sendiri. Oleh karena itu Rasulullah melarang penulisan hadits dan hanya memperintahkan untuk menghafalnya saja.

             






B.      Pembolehan Menulis Hadits
Dari larangan Rasulullah SAW seperti pada hadits Abu Sa’id Al-Khudri yang telah dipaparkan sebelumnya, ternyata ada beberapa sahabat yang memiliki catatan-catatan dan melakukan penulisan terhadap hadits tersebut, para sahabat itu antara lain :
1.      Abdullah Ibn Amr Al-‘Ash. Beliau memiliki catatan hadits yang menurut pengakuannya dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Menurut suatu riwayat diceritakan bahwa orang-orang Quraisy mengeritik sikap abdullah Ibn Amr, karena sikapnya yang selalu menulis segala sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW. Mereka berkata : “ Engkau tuliskan apa saja yang datang dari Rasul, padahal Rasul itu manusia, yang bisa saja bicara dalam keadaan marah”. Kritikan ini disampaikannya kepada Rasulullah SAW kemudian beliau menjawabnya dengan berkata : “ Tulislah! Demi zat yang diriku ada ditangan-Nya, tidak ada yang keluar dari padanya kecuali yang benar”[6](HR Bukhari)
Hadits-hadits yang terhimpun dalam catatannya ini sekitar seribu hadits, yang menurut pengakuannya diterima langsung dari Rasul SAW ketika mereka berdua tanpa ada orang lain yang menemaninya.[7]
2.      Jabir ibn Abdillah ibn Amr Al-Anshari (w. 78 H). Beliau memiliki catatan hadits dari Rasulullah SAW mengenai manasik haji. Hadits-haditsnya kemudian diriwayatkan oleh Muslim.
3.      Abu Hurairah Al-Dausi (w. 59 H). Beliau memiliki catatan hadits dan hadits-haditsnya ini diwariskan kepada anaknya yang bernama Hamman.
4.      Abu Syah (Umar ibn Sa’ad Al-Anmari) adalah seorang penduduk yaman. Beliau meminta kepada Rasulullah SAW untuk mencatatkan hadits yang disampaikannya ketika beliau pidato pada peristiwa futuh Mekkah sehubungan dengan terjadinya pembunuhan oleh sahabat dari Bani Khuza’ah kepada salah seorang lelaki Bani Lais. Rasulullah SAW lalu bersabda :
Kalian tuliskan untuk Abu Syah”.
Selain nama-nama diatas, masih banyak lagi nama-nama sahabat lainnya yang mengaku memiliki catatan-catatan hadits dan dibenarkan oleh Rasulullah SAW.
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadits yang dinashkan oleh hadits Abu Sa’ad, dimansukhkan dengan izin yang datang sesudahnya. Namun sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa larangan menulis hadits tertentu terhadap mereka yang dikhawatirkan akan mencampuradukkan hadits dengan Al-Quran. Izin hanya diberikan kepada mereka yang tidak dikhawatirkan mencampuradukkah hadits dengan Al-Quran. Tegasnya, mereka berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara larangan dan keizinan , apabila kita fahamkan, bahwa yang dilarang adalah pembukuan resmi seprti halnya Al-Quran, dan keizinan itu diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunnah untuk diri sendiri.[8] 







BAB III
KESIMPULAN
1.      Untuk menjaga kemashlahatan dan kemurnian Al-Quran, Rasulullah SAW melarang para sahabat untuk menulis hadits dan hanya memperintahkan untuk menghafal dan mengamalkannya. Sedangkan kepada Al-Quran Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menulisnya.
2.      Ada beberapa sahabat yang menulis dan membuat catatan-catatan hadits yang mereka dengarkan dari Rasulullah SAW dan Rasul sendiri menyetujuinya. Diantara sahabat-sahabat yang memiliki catatan-catatan itu antara lain : Abdullah ibn AmrAl-Ash, Jabir ibn Abdillah ibn Amr Al-Anshari, Abu Hurairah Al-Dausi, Abu Syah.










BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Suparta Munazer, Ilmu Hadits, cet I ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006 .
L. Sulaemang , Ulumul Hadits, cet 1; Kendari : CV. SHANDRA, 2009.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shieddiecy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, cet. IV ; jakarta PT. Pustaka Rezki Putra, 1999.
http//www.google.com (di akses tgl 19 september 2011)












Resume untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah “Sosiologi”
RESUME
SOSIOLOGI
“PENDAHULUAN”









Oleh :
KPI 1
SEMESTER 3


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAH NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN KENDARI
2011


[1] http// www.google.com (diakses tgl 19 september 2011)
[2] Munazer Suparta, Ilmu Hadits ( cet 1 ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), h.70
[3] Munazer Suparta, Ilmu Hadits ( cet 1 ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), h.75

[4] Sulaemang L, Ulumul Hadits ( cet 1; Kendari : CV. SHANDRA, 2009), h. 55
[5] Lihat dalam Kitab Al-Raqa’iq hadits nomor 5.326) dalam Imam Muslim, Shahih Muslim, dengan sanadnya; diterima dari Hadzdab ibn Khalid, dari Hammam, dari Zaid ibn Aslam, dari Atha’ ibn Yasar dari Abu Sa’id Al-Khudry. Dan lihat penjelasannya dalam Al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh Al-Nawawi, jus XVIII, ( Kairo: Syirkah IqamahAl-Din, 1349 H ), h.129
[6]Fat-hul Bari I : 165
[7]Ajjaj al-Khathib, Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997)  Cet. Ke6,, hlm 349.
[8] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shieddiecy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits ( cet. IV ; jakarta PT. Pustaka Rezki Putra, 1999), h. 38-39.

makalah qasahash al-qur'an


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Kandungan al-Qur’an disamping berisi ajaran-ajaran yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Pencipta, hubungannya dengan sesama manusia, bahkan terhadap makhluk-makhluk lain ciptaan Allah, yang berwujud akidah, ibadah dan akhlak, juga berisi kisah-kisah yang dapat dijadikan peringatan dan i’tibar bagi manusia.[1]
Al-qur’an adalah kalammullah yang diturunkan kepada nabi muhammad lewat perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan sebagainya. Begitu juga dalam qashahs al-Qur’an, Allah telah memberikan pada kita hiburan, ketabahan, keteguhan hati dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan.
 Kisah-kisah al-Qur’an dalam tema-temanya, dalam cara penyampaiannya, dan dalam alur kejadiannya tunduk dengan maksud tujuan keagamaan. Kisah-kisah yang terjadi pada masa lalu melalui al-Qur’an sampai kepada kita terkadang dalam bentukam۬s ãl yang menarik perhatian, seperti kisah para nabi dan rasul, orang-orang saleh, juga pendurhaka-pendurhaka. Demikian juga terdapat gambaran peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa datang di dunia ini serta pemandangan dan panorama hari kiamat. Gambaran yang kontras antara kenikmatan dan penderitaan, kepemurahan dengan keserakahan, sehingga seakan- akan menyatakan alur pikiran dengan kenyataan dan menyentuh rasa indrawi yang paling dalam. Pesona bahasa itu kembali mengisi pemikiran dengan daya imajinasi yang kritis, kreatif dan dinamis.[2]

B.      RUMUSAN MASALAH
Agar makalah ini tidak membahas terlalu jauh, maka pemakalah lebih merincikan pembahasan makalah tersebut. 
Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang :
Ø  Pengertian Qasas Al-Quran
Ø  Macam-macam Qasas Al-Quran
Ø  Tujuan-tujuan Qasas Al-Quran
Ø  Faidah Qashash Al-Quran










BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Qasas Al-Quran
Kisah-kisah al-Quran ( qashas al-Qur’an ) merupakan salah satu cara untuk menyampaikan dakwah islam. Allah telah mengisahkan kepada kita dengan kisah-kisah yang sangat banyak dalam Al-Quran. Yang demikian ini agar kita dapat berfikir, merenungkan kisah-kisah tersebut dan menemukan hikmah dan nasihat didalamnya, serta dapat menggali pelajaran-pelajaran sebagai pedoman hidup.
Kata qashash berasal dari kata al-qashsh. yang berarti mencari atau mengikuti jejak.  Dikatakan,, “qashashtu atsarahu “ artinya, “saya mengikuti atau  mencari jejaknya.” Kata al-qashash adalah bentuk masdar. Seperti firman Allah: Dia (Musa) berkata, “itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak semula. (Al-Kahfi: 64). Kemudian qashash juga berarti berita yang berurutan. Seperti firman Allah:  “Sesungguhnya ini adalah berita yang benar” (Al-Imran: 62).  “Sungguh, pada berita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal” (Yusuf:111). Secara etimologi (bahasa), Qashash juga berarti urusan (al-amr), berita (khabar), dan keadaan(hal). Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian. Adapun dalam  pengertian  terminologi (istilah) Qashash  al-Quran adalah kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Manna’ Al-Qathan, bahwa qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapatlah kita katakan bahwa kisah-kisah yang dimuat dalam Al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng.[3]
Secara umum Qashah Al-Quran adalah  ilmu Al-Quran yang membahas tentang kisah-kisah umat-umat dan nabi-nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa Al-Quran diturunkan. Faedah ilmu ini diantaranya: menjelaskan dasar-dasar dakwah yang disampaikan para nabi, sebagai penguat hati seorang muslim, dan menarik perhatian pendengarnya.
B.      Macam-macam Qashash Al-Quran
Dalam Al-Quran Alloh SWT telah membagikan macam-macam kisah, baik kisah tentang Nabi dan para Pengikutnya, Malaikat-Malaikat, dan adapula kisah dalam Al-Quran yang menggambarkan tentang kisah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Agar lebih mudah memahami Qashas Al-Quran tersebut, maka penulis membagi Qashas atau kisah itu menjadi 2 tinjauan, yaitu : ditinjau dari segi waktu, dari segi materinya, dan ditinjau dari segi panjang pendeknya cerita.
1.      Ditinjau dari segi waktunya.
Jika ditinjau dari segi waktu berdasarkan kisah yang diceritakan dalam Al-Quran, maka Qashah dala segi ini dapat dibagi menjadi 3 macam yakni :
a.      Kisah-kisah tentang hal-hal ghaib pada masa lalu (Al-Qashas al-Ghuyub al-madhiyah), yaitu kisah-kisah yang menceritakan kejadian atau peristiwa pada masa lampau dan susah diterima oleh panca indera. Contohnya seperti kisah-kisah nabi Nuh as, Nabi Musa as, dan kisah Maryam. Kisah-kisah ini merupakan hal ghaib dan terjadi pada masa lampau dan kita sendiri tidak melihat dan mengalami sendiri kisah-kisah tersebut.
b.      Kisah-kisah hal ghaib pada masa kini (al-qashash al-ghuyub al-hadhirah), yaitu kisah-kisah yang menerangkan hal ghaib pada masa sekarang, meski sejak dahulu dan akan tetap ada pada masa yang akan datang. Contohnya  kisah yang membahas dan menerangkan tentang para malaikat.  Malaikat adalah makhluk ghaib yang sulit dipercaya keberadaannya karena tidak dilihat langsung oleh panca indera kita.
c.       Kisah-kisah ghaib pada masa akan datang (al-qashas al-ghuyub al-mustaqbilah), yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang tidak terjadi pada masa Al-Quran diturunkan, kemudian peristiwa tersebut betul-betul terjadi. Seperti kemenangan bangsa romawi terhadap persia yang telah dijelaskan dalam Al-Quran surah Ar-rum : 1-4
2.      Ditinjau dari segi materi
Apabila kita tinjau dari segi materinya, maka Qashas Al-Quran dapat dibagi menjadi 3, yakni :
a.       Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang- orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah Thalut dan Jalut, penghuni gua, Zulkaranain dan lain-lainnya.
b.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tejadi pada masa Rasulullah. Seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surat Ali Imran, Perang Hunain dan Tabuk dalam surat al-Taubah, Isra', dan lain-lain.
C.    Tujuan-tujuan Qashas Al-Quran
Kisah-kisah didalam Al-Quran (Qashash) semata-mata hanya untuk sekedar mewujudkan maksud dan tujuan keagamaan, menceritakan seluruh peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu maupun peristiwa yang akan terjadi pada masa depan. Namun dari tujuan-tujuan tersebut, Qashash Al-Quran memiliki  tujuan utama yakni untuk membuktikan bahwa kitab suci Al-Quran benar-benar merupakan penjelasan yang mencakup segala sesuatu yang mengatur pada petunjuk berdasarkan pengetahuan dan kekuasaan tuhan secara menyeluruh.[4]
Tujuan lain dari Qashash Al-Quran adalah :
1.       Sebagai keterangan bahwa sesungguhnya semua agama berasal dari Allah. Mulai dari masa Nabi Nuh sampai Muhammad, agama yang menjadi anutan mereka semuanya berasal dari Allah. Oleh sebab itu, orang-orang yang beriman dari masa Nuh sampai masa sekarang ini merupakan satu umat yang menyembah hanya satu tuhan yaitu Allah. Hal ini dapat kita lihat pada Surah al-Anbiya (21) : 48, 49, 50, 51, 52 dan ayat-ayat yang lain.
2.       Menjelaskan bahwa sesungguhnya jalan atau cara para nabi melaksanakan dakwahnya adalah satu atau memiliki cara yang sama. Hal ini dapat dilihat pada Surah Hud (11) : 25, 26, 27, 20 dan 290 dan ayat-ayat yang lain.
Dari tujuan-tujuan tersebut diatas, Qashash Al-Quran juga memiliki tujuan agung yang dapat kita simpulkan dari tujuan utama Qashash itu sendiri. Tujuan-tujuan tersebut antara lain :
1)             Membenarkan wahyu dan rízala Allah
2)             Menerangkan da'wah yang disampaikan para rasul.
3)             Menerangkan kemenangan para Rasul dan kebinasaan yang mengingkari Para Rasul.
4)             Menerangkan kekuasaan Allah dalam menampilkan hal-hal luar biasa (mukjizat).
D.     Faidah Qashash Al-Quran
Qashash Al-Quran memilki banyak faedah. Dengan mempelajari Qashash Al-Quran minimal kita memiliki sedkit pengetahuan tentang sejarah masa lalu dan bisa kita sampaikan bagaimana perkembangan masyarakat tentang peristiwa tersebut. Dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an juga memberikan kepada kita alur perkembangan sejarah manusia; tentang interaksi manusia bersama  Tuhan dengan ikatan akidah dan interaksi manusia melalui perundang-undangan tata pergaulan manusia.
Berikut ini ada beberapa faidah-faidah terpenting  dari Qashash dengan rincian sebagai berikut:
a.                   Menjelaskan asas-asas menuju Allah dan menjelaskan pokok syariat yang dibawah oleh para Nabi. Firman Allah: "Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan padanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."[5]
b.                  Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya atas agama Allah, memperkuat  kepercayaan oran mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan. Firman Allah: "Semua kisah para Rasul yang Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang yang beriman.[6]
c.                   Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak peninggalannya.
d.                  Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya kedalam jiwa. Firman Allah: "Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang berakal."`[7]





 BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :
1.              Kata qashash berasal dari kata al-qashsh. yang berarti mencari atau mengikuti jejak.  Dikatakan,, “qashashtu atsarahu “ artinya, “saya mengikuti atau  mencari jejaknya.” Kata al-qashash adalah bentuk masdar. Seperti firman Allah: Dia (Musa) berkata, “itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak semula. (Al-Kahfi: 64). Kemudian qashash juga berarti berita yang berurutan. Seperti firman Allah:  “Sesungguhnya ini adalah berita yang benar” (Al-Imran: 62).  “Sungguh, pada berita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal” (Yusuf:111). Secara etimologi (bahasa), Qashash juga berarti urusan (al-amr), berita (khabar), dan keadaan(hal). Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian.
2.              Macam-macam Qashash terbagi atas 3:
1)             Dari segi panjang dan pendeknya
2)      Dari segi materi
3.      Tujuan Qashash secara umum adalah untuk membuktikan bahwa kitab suci Al-Quran benar-benar merupakan penjelasan yang mencakup segala sesuatu yang mengatur, dan  petunjuk berdasarkan pengetahuan dan kekuasaan tuhan secara menyeluruh.[8]



BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http//www.google.com (diakses 25 september 2011)
Al-Misri Mahmud, Qasas al Qur’an, Mesir: Maktabah al-Taqwa’, 2001 M/1422 H
Quthub Sayid, al-Tashwir al-Fanny fi al Qur’an, Libanon: Da’r al-Syuru’q, 1992
Shihab M. Quraish, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an Jakarta: Lentera Hati, 2002


[1] Lihat Mahmud al-Misri, Qasas al Qur’an, (Mesir: Maktabah al-Taqwa, 2001 M/1422
H), h. 4
[2] Lihat Sayid Quthub, al-Tashwir al-Fanny fi al Qur’an, (Libanon: Da’r al-Syuruq, 1992), h.241
[3] http//www.google.com (diakses 25 september 2011)
[4]M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid. 6, hal. 377.
[5] Surat al-Anbiya': 25
[6] Surat Hud: 120.
[7] Surat Yusuf: 111


[8]M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid. 6, hal. 377.