TEORI PERKEMBANGAN
Oleh : Muhammad Alhallaj Saleh
Teori-teori kepribadian
yang dikenal dewasa ini oleh masyarakat diantaranya adalah teori psikoanalisis,
behavioristiik, humanistik dan biologik.
1. Teori psikoanalisis
a. teori kepribadian psikoanalisis dari Sigmund Freud.
Freud adalah teoritis
pertama yang memusatkan perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan
pentingnya peran masa bayi dan awal-awal dalam pembetukan karakter seseorang.
Freud yakin dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan
perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan
elaborasi dari struktur dasar tadi. Tehnik psikoanalisis mengeksplorasi jiwa
pasien antara lain dengan mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanak-kanak.
Freud membagi
perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5
tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap
infantile yang paling menentukan dalam pembentukan kepribadian, terbagi dalam
tiga fase, yakni fase oral, fase anal, fase falis. Perkembangan kepribadian
ditentukan terutama oleh perkembangan seks, yang terkait dengan perkembangan
biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantile. Perkembangan
insting seks berarti perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis
menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian
nama fase-fase perkembangan infantile sesuai dengan bagian tubuh-daerah
arogan-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu.
Ada dua asumsi yang
mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu (1) asumsi determinisme psikis dan
(2) asumsi motivasi tak sadar. Asumsi determinisme psikis (psychic deteminism)
meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan
individu mempunyai arti dan maksud, dan itu semuanya secara alami sudah
ditentukan. Adapun asumsi motivasi tak sadar (unconscious motivation) meyakini
bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, berpikir, dan
merasa) ditentukan oleh motiv tak sadar.
Freud membagi struktur
kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku
seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan 'kenangan yang sudah tersedia(available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar (Unconscious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan 'kenangan yang sudah tersedia(available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.
b. Teori Kepribadian Psikoanalitis Carl Gustave Jung
Pandangan Jung tentang
kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bahwa ia
melihat kepribadian itu kedepan kearah garis perkembangan sang pribadi di masa
depan dan retrospektif dalam arti ia memperhatikan masa lampau sang pribadi.
Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun sebab. Jung menekankan pada peranan
tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang membedakan Jung dengan
Freud. Bagi Freud dalam hidup ini hanya ada pengulangan yang tak ada
habis-habisnya atas tema-tema instink sampai ajal menjelang. Bagi Jung dalam
hidup ini ada perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian
kearah yang lebih sempurna serta kerinduan untuk lahir kembali. Teori Jung juga
berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena penekanannya yang
kuat pada dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian
individu sebagai produk dan wajah sejarah leluhur. Jung menyelidiki sejarah
manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan evolusi kepribadian. Ia meneliti
mitologi, agama, lambang, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan manusia primitif,
mimpi, penglihatan, simtom orang neurotik, halusinasi dan delusi para penderita
psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.
2.
Teori behaviorisme
Dalam teori
behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih
menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk
reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin”
(Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini
berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan
tingkahl laku adalah hasil belajar.
Aristoteles
berpendapat bahwa pada watu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti
sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John
Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak
mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah
satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk
dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan
tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan
perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Kesulitan
empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan
apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia
sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari
kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia
tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan
hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme.
Asumsi
bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku,
menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan
menciptakan lingkungan yang relevan.
Thorndike
dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa
sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan
prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan
dan mengurangi penderitaan.
3.
Teori psikologi kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog.
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak
seperti teori nativisme (yang menggambarkan
perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan),
teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui
tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan.
Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi
dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Dalam teori psikologi
kognitif, ada beberapa tahap yang berlangsung didalamnya, antara lain :
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
- Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
- Universal (tidak terkait budaya)
- Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
4.
Teori psikoseksual.
Freud menyatakan bahwa terdapat 4 insting dasar (four
basic instinct) pada manusia yaitu insting vital (lapar, haus, makan,
minum), insting seksual, insting agresi dan insting kematian (thanatos).
Dalam perkembangan anak, Freud menekankan insting seksual di atas insting yang
lainnya. Insting seksual sudah ada sejak bayi dilahirkan dan berkembang menurut
fase-fase tertentu. Adapun fase-fase yang dimaksud adalah fase oral, anal,
falik, laten dan genital.
1)
Fase Oral
Daerah mulut dan sekitarnya merupakan zona erogen
bagi bayi untuk kepuasan seksualnya. Fiksasi pada fase ini akan menyebabkan
kerakusan dan agresi verbal saat dewasa.
2)
Fase Anal
Libido dipusatkan di daerah anal, dimana anal
berfungsi sebagai alat pemuas kenikmatan (baik dalam melepaskan ataupun
mempertahankan feses). Di fase ini terjadi sifat ambivalensi pada anak dimana
anak berusaha mempertahankan feses sedangkan ibunya memerintahkan untuk
dibuang. Fiksasi pada fase ini menyebabkan sikap ambivalensi, biseksualitas,
terlalu pembersih, terlalu hemat (perilaku obsesif-kompulsif).
3)
Fase Falik
Obyek cinta pada fase ini adalah genital (pada
anak laki-laki adalah penis). Anak laki-laki sering merasa ketakutan kehilangan
penis (castration anxiety) sedangkan anak perempuan ingin mempunyai
penis sehingga cemburu kepada anak laki-laki (penis envy). Kedua hal
tersebut termasuk ke dalam castration complex.
Dalam fase ini juga terdapat fenomena penting
yang disebut dengan Oedipus complex. Freud menggambarkan ini sebagai
hubungan segitiga antara anak-ibu-ayah. Pada awalnya cinta anak laki-laki
adalah kepada ibunya dan ayahnya dianggap sebagai saingannya dalam
memperebutkan ibunya tetapi akhirnya anak kalah bersaing dengan ayahnya bahkan
justru ingin meniru ayahnya dengan identifikasi. Bila dalam membesarkan anak
dilakukan ibu sendiri dan anak menjadi dekat dengan ibunya sehingga kelak anak
akan mencari pacar atau isteri yang mirip dengan ibunya/sama dengan figur
ibunya.
4)
Fase laten
Di fase ini libido seksual relatif tenang dan
anak beridentifikasi secara lebih luas lagi di luar objek orangtuanya seperti
teman, orangtua teman dan guru.
5)
Fase Genital
Fase ini dibagi menjadi fase pubertas (11-13
tahun), fase adolesens/remaja (14-18 tahun) dan fase dewasa (18 tahun ke atas).
No comments:
Post a Comment